Tidak lengkap membicarakan perusahaan tampa melihat hutang perusahaan. Layaknya seperti banker, investor harus mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya. Tiada guna membeli saham perusahaan yang tingkat hutangnya sudah mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan.
Khususnya para trader yang terpesona pergerakan harga saham yang tiba-tiba meningkat tinggi katakanlah digoreng istilah yang tepat dalam dunia saham, mereka seringkali mengabaikan semua indikator dalam analisis fundamental. Resiko yang terbesar didapat bagi investor dan trader akibat mengabaikan indikator hutang adalah perusahaan itu bangkrut dan delisting/ penghapusan dari bursa tampa mereka sadari.
Antisipasi resiko dengan menghitung tingkat hutang dikenal juga dengan sebutan rasio Leverage. Fokus di sini adalah seberapa kuat dompet pemilik dapat menutupi semua utang perusahaan (Debt to Equity Ratio/ DER). Definisi lainnya rasio DER dapat juga diartikan sebagai pembanding antara dana yang berasal dari pihak lain dengan dana yang berasal dari dana pemilik perusahaan. Jadi sudah jelas rasio DER menempati urutan favorit dalam melakukan analisis hutang suatu perusahaan seperti kita dapat melihat kekayaan bersih perusahaan tersebut dengan cara yang lebih praktis sehingga mengurangi resiko kerugian atas sejumlah uang kita dalam membeli saham perusahaan tersebut.
Cara menghitung Rasio DER dengan membagi total hutang ( Total Liabilitas) dengan modal (Equity) lalu dikali 100 persen. Rumus lainnya tampa mengalihkan dengan persen .

Semakin kecil rasio DER sangat baik bagi pihak ke tiga yang akan memberi pinjaman. Hutang yang kecil menggambarkan tingkat keamanan yang tinggi bagi kelangsungan perusahaan tersebut. Sebaliknya bagi pemegang saham tingkat hutang yang terlalu kecil kurang baik karena membatasi kemampuan ekspansi perusahaan di masa yang akan datang. Menurut penulis bagi kalangan trader jangka panjang dan swinger saham tingkat Rasio DER yang sedang-sedang saja adalah pilihan terbaik tentu harus disesuaikan juga dengan karakteristik perusahaan.
Nilai DER yang tercantum di laporan keuangan tersebut juga harus memperhatikan jenis perusahaan tersebut, kalau perbankan akan aneh bukan kalau nilai DER nya sangat rendah karena Bank memperoleh sumber dana dari pihak ke tiga yaitu nasabahnya sehingga Rasio DER bank tinggi. Selain itu yang perlu dipertimbangkan juga hutang perusahaan berasal dari mana. Jangka waktu hutang juga perlu dipertimbangkan dalam melakukan analisis yang lebih mendalam.
Contoh Perbandingan Rasio DER
Per 31 Maret 2019
Nama Perusahaan | KODE Perusahaan | Rasio DER |
PT Bukit Asam Tbk | PTBA | 41,40 % |
PT Adaro Energy Tbk | ADRO | 59,03 % |
PT Harum Energy Tbk | HRUM | 12,43 % |
PT Indika Energy Tbk | INDY | 234,87 % |
Sumber data : http://www.RTI.co.id
Perbandingan rasio DER diatas memperlihatkan tingkat rasio terkecil yaitu HRUM sebesar Rp. 12,43 persen dan tingkat rasio DER tertinggi yaitu PT Indika Energy sebesar 234,87 persen. Jelas tingkat keamanan terbaik yang dilihat dari rasio DER di tangan HRUM. Sebuah nilai yang relatif aman bagi pihak ke tiga pemberi pinjaman dan bisa menjadi acuan bagi Investor juga.
Apakah saham itu dengan rasio DER rendah pasti aman untuk dibeli?
Jawabannya semua saham itu punya resiko, kepentingan kita hanya meminimalkan resiko melalui analisis rasio-rasio dan informasi terkait lainnya. Berpikirlah secara logis dalam menerjemahkan setiap rasio dan berbagai informasi tentang saham.