Masih ingat bukan kalimat yang sering disebut orang tua zaman dulu dalam mencari calon menantu yaitu bibit, bebet dan bobot. Dalam dunia saham seorang investor saham belum bisa disebut investor sejati kalau tidak mengenal jenis analisis fundamental sebagai implementasi dari bibit, bebet dan bobot dalam dunia jual beli saham. Memilih saham seperti memilih menantu penuh pertimbangan.
Analisis Fundamental adalah analisis yang mencakup kondisi ekonomi baik secara makro maupun mikro. Dari sisi makro ekonomi analisis fundamental dapat dilihat dari kondisi keuangan negara, inflasi, tingkat pengangguran, tingkat suku bunga dan berbagai kebijakan pemerintah di bidang ekonomi. Biasanya seorang investor sejati akan sering membaca berita atau menonton berita ekonomi untuk menganalisis kondisi ekonomi makro terbaru. Bukan sembarang berita, berita yang dimaksud adalah berita yang memperlihatkan keadaan sektor yang diminati investor seperti sektor pertambangan atau properti.

Sumber gambar : https://bisnis.tempo.co
Masih ingat bukan bencana Lapindo di jawa timur. Bencana yang menenggelamkan banyak rumah dan kerugian materi yang besar. Beritanya menyebar keseluruh dunia dengan sangat cepat. Bukan hanya sekedar berita bencana tetapi bencana itu disinyalir oleh kelalaian pihak grub bakrie dalam menambang. Belum juga dipastikan penyebabnya, tetapi efeknya sudah bikin saham-saham grub bakrie berjatuhan. Faktanya grub bakrie bertanggung jawab untuk ganti rugi pada warga terdampak yang jumlahnya ribuan. Secara langsung bencana ini menjadi salah satu bagian yang dianalisis dampaknya terutama secara fundamental saham grub bakrie
Fluktuasi harga komoditas dunia juga merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam analisis fundamental. Coba lihat saham-saham perusahaan perkebunan kelapa sawit dan batubara keduanya terkena efek negatif penurunan harga komoditas di tingkat global. Sebagai contoh saham-saham sektor pertambangan yang terkena efek penurunan yang cukup tajam pada tahun 2019 yaitu saham Bumi resources (BUMI), Adaro Energy (ADRO), Indika Energy (INDY) dan Bukit Asam (PTBA). Penurunan harga komoditas akan mempengaruhi pendapatan perusahaan-perusahaan tersebut, apalagi perusahaan tersebut mempunyai ekspor komoditas dalam jumlah yang cukup besar. Sebaliknya bila yang terjadi adalah kenaikan harga komoditas global akan menyebabkan kenaikan yang signifikan pada harga saham-saham tersebut. Jadi yang perlu diperhatikan disini adalah prospek harga komoditas dunia di masa yang akan datang.
Bagi perusahaan yang terkait dengan perbankan perlu memperhatikan perubahan tingkat suku bunga bank Indonesia (BI rate) yang menjadi acuan utama dalam menetapkan besarnya bunga di Indonesia. Perusahaan yang memiliki pinjaman di bank tertentu akan terkena efek negatif bila tingkat bunga dinaikkan. Besarnya bunga yang dibayarkan pada bank akan mengurangi laba perusahaan tersebut. Begitu pula bila terjadi penurunan suku bunga, perusahaan yang meminjam akan membayar lebih sedikit pada bank. Intinya di sini sebuah perusahaan dengan tingkat hutang yang besar akan sangat rentan terhadap perubahan suku bunga.
Langkah selanjutnya adalah analisis sisi mikro yang lebih menitik beratkan pada analisis laporan keuangan perusahaan dan prospek usaha perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Keadaan suatu perusahaan yang baik dan buruk akan mudah sekali diketahui bila analisis ini dilakukan. Anda tidak harus seorang ekonom, akuntan atau seorang untuk bergelar di bidang ini, cukup mengenal secara umum analisis laporan keuangan sudah cukup untuk menjadi seorang investor. Akhirnya seorang investor akan mengenal istilah kemahalan (overvalued) maupun kemurahan (oversold) suatu saham dari hasil analisis fundamental. Sampai disini gambaran tentang analisis fundamental sudah terbayang bukan. Mudah-mudahan gambaran ini semakin mencerahkan pemikiran calon investor yang masih awam dalam bidang saham.